Rabu, 19 Oktober 2011

Paruh tahun 1995.
Wajah-wajah lugu yang tak saling kenal dari penjuru tanah hunian meruak menautkan hati satu sama lain. Demi waktu yang berjalan, mereka menjadi riak air yang padu. Menyanyikan lagu masa depan meski sangsi menggelayut di dada. Sebelum menjadi ombak, riak itu kadung terpisah karena sebuah pilihan. Pada kurun waktu yang tak berbatas, mereka mencoba kembali bertaut satu per satu.

2011: enambelas tahun masehi: bermilyar frame per second setelahnya
Riak-riak kecil di Jogja merindu bertemu. Dalam segelas pertemuan, mereka dengan selaksa harap bermaksud menampih bulir kesempatan untuk bersua kepada segenap riak yang telah tersebar.
"Kami mengundangmu, atas nama cinta dan kerinduan purba! Datanglah, riak-riak air, mari berjabat tangan untuk warnai dunia, sudah saatnya kita menjadi OMBAK!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar